Rabu, 03 Juli 2013

MEMBANGUN STRUKTUR ILMU PENGETAHUAN



PENDAHULUAN


Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak terlepas dari peran filsafat. Sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Perumusan tersebut merupakan suatu stimulus atau rangsangan untuk memberikan suatu bimbingan tentang bagaimana cara kita harus mempertahankan hidup. Manusia sebagai makhluk pencari kebenaran, dalam eksistensinya terdapat tiga bentuk kebenaran, yaitu ilmu pengetahuan, filsafat dan agama.

Secara bahasa (etimologi), pengetahuan berasal dari bahasa inggris yaitu knowledge. Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah “kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Menurut istilah (terminologi), pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari proses usaha manusia untuk menjadi tahu.

Masalah munculnya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam epistemologi, sebab akan menimbulkan jawaban yang bervariasi, apakah jawaban itu bersifat apriori (jawaban yang belum terbukti dengan pengalaman indra maupun batin) atau aposteriori (jawaban yang telah terbukti dengan adanya pengalaman dan percobaan). Dengan demikian, Abbas Hammami berpendapat bahwa pengetahuan ini bertumpu pada kenyataan. Dibawah ini ada beberapa sumber untuk memperoleh pengetahuan, yaitu :
1.      Pengalaman indera (sense experience)

Pengindraan adalah alat yang paling vital dalam memperoleh pengetahuan, karena pengetahuan berawal mula dari kenyataan yang dapat diinderai. Paham seperti ini dapat juga disebut dengan realisme, yaitu paham yang berpendapat bahwa semua yang dapat diketahui adalah kenyataan saja.

2.      Nalar (reason)

Penalaran (reason) yaitu berfikir dengan menggabungkan beberapa pemikiran yang dianggap dapat diterima (rasional) untuk memperoleh pengetahuan.

3.      Otoritas (authority)

Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan karena dengan hak otoritas seseorang, kelompok memiliki pengetahuan, dan pengetahuan yang diperoleh melalui otoritas ini biasanya tidak diujikan lagi kebenarannya, karena kewibawaan sang penguasa.

4.      Intuisi (intuition)

Intuisi adalah suatu kemampuan manusia melalui proses kejiwaan yang mampu membuat suatu pernyataan yang dapat diakui sebagai pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh dari intuisi ini tidak dapat dibuktikan melalui kanyataan, namun diyakini kuat sebagai pengetahuan.

5.      Wahyu (revelation)

                    Wahyu adalah berita yang disampaikan tuhan kepada utusannya untuk kepentingan umat. Yang kemudian dijadikan sebagai suatu kepercayaan karena didalamnya terdapat pengetahuan.


PEMBAHASAN

Bagi kelompok pragmatis, seperti yang dinyatakan oleh John Dewey tidak membedakan antara pengetahuan (knowledge) dengan kebenaran (truth), jadi pengetahuan itu harus benar, dan setiap kebenaran adalah pengetahuan. Jika diambil kesimpulan dari john dewey diatas, pengetahuan itu bersifat umum, sehingga kajiannya pun sangat luas. Namun burhanuddin salam mengklasifikasikan pengetahuan itu kedalam 4 pokok bahasan, yaitu:
1)      Pengetahuan biasa atau umum (common sense atau good sense), yaitu pengetahuan dasar yang dinilai sesuai dengan apa yang dirasakan, diketahui, dilihat (sesuai dengan fakta yang ada) yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh:
bunga mawar dikatakan merah, karena memang keadaan warna yang sebenarnya merah.
 
2)      Pengetahuan ilmu (science), dapat di artikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan objektif, yang berprinsip untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan dengan cermat dan teliti menggunakan berbagai metode.

3)      Pengetahuan filsafat, yaitu pengetahuan yang membahas suatu hal dengan lebih mendasar, lebih luas dan lebih mendalam, sehingga bisa lebih valid dan sahih.

4)      Pengetahuan Agama, yaitu pengetahuan tentang ajaran ketuhanan, lewat utusan-NYA.
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang objek tertentu, termasuk didalamnya ilmu. Sedangkan pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang berasal dari common sense yang kemudian di tindak lanjuti secara ranah yang lebih ilmiah, sehingga pengetahuan ilmiah merupakan a higher level of knowledge dalam dunia keilmuan. Maka dari itu filsafat ilmu tidak dapat dipisahkan dari filsafat pengetahuan .

Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara obyektif dalam menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia fuktual dan berprinsip untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense. Sehingga definisi ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang benar-benar disusun dengan sistematis dan metodologis untuk mencapai tujuan yang berlaku universal dan dapat diuji atau diverifikasi kebenarannya. Secara filosofis, semua kajian yang menelaah secara kritis dan analitis tentang dasar-dasar teoritis pengetahuan secara menyeluruh adalah epistemology atau teori pengetahuan (theory of knowledge; Erkentnistheorie). Istilah ini berasal dari bahasa yunani yaitu “episteme” yang berarti pengetahuan dan “logos” yang berarti ilmu. Secara harfiah episteme berarti pengetahuan sebagai upaya untuk “menempatkan sesuatu agar lebih  tepat dan sesuai pada kedudukannya”.
                        Ilmu dapat memungkinkan adanya kemajuan dalam pengetahuan sebab beberapa sifat atau ciri khas yang dimiliki oleh ilmu. Dalam hal ini randall mengemukakan beberapa ciri umum dari pada ilmu , diantaranya:
1)      Bersifat akumulatif, artinya ilmu adalah milik bersama. Hasil dari pada ilmu yang telah lalu dapat digunakan untuk penyelidikan atau dasar teori bagi penemuan ilmu yang baru.
 
2)      Kebenarannya bersifat tidak mutlak, artinya masih ada kemungkinan terjadinya kekeliruan dan memungkinkan adanya perbaikan. Namun perlu diketahui, seandainya terjadi kekeliruan atau kesalahan, maka itu bukanlah kesalahan pada metodenya, melainkan dari segi manusianya dalam menggunakan metode tersebut (lebih pada penggunanya).
 
3)      Bersifat obyektif, artinya hasil dari ilmu tidak boleh tercampur pemahaman secara pribadi, tidak dipengaruhi oleh penemunya, melainkan harus sesuai dengan fakta keadaan asli benda tersebut.

Prof. Drs .Harsojo menambahi, bahwa ciri umum suatu ilmu itu harus memiliki atau bersifat:
1.      Bersifat rasional (masuk akal)
2.      Bersifat empiris (sesuai kenyataan)
3.      Bersifat umum (tidak boleh dimonopoli)
4.      Bersifat akumulatif
Ilmu Pengetahuan muncul dari rasa ingin tahu yang merupakan sifat dan ciri khas manusia. Pengetahuan dapat dikembangkan oleh manusia karena ada 2 alasan yang mendasar, yaitu :
a.    Manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan jalan pikirannya yang melatar belakangi munculnya ilmu pengetahuan.
b.      Manusia mempunyai kemampuan berfikir menurut suatu alur kerangka berfikir tertentu.
Karena filsafat ilmu pengetahuan ini pada hakikatnya mempelajari bagaimana proses terbentuknya sesuatu (ilmu pengetahuan). Maka secara garis besar dapat ditarik kesimpulan bahwa objek kajian ilmu pengetahuan adalah alam, manusia dan juga semua yang ada dan yang mungkin ada. Objek itu sendiri dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Objek material, yaitu objek jika dilihat keseluruhan. Contoh: manusia, minyak tanah, dokter (dalam keseluruhan dan belum mendapat perlakuan).
b) Objek formal (sudut pandang), yaitu objek jika dipandang menurut suatu aspek atau sudut tertentu saja dan yang telah diberi perlakuan (sebagai terapaan). Contoh: kedokteran untuk orang yang sakit, arca yang merupakan kumpulan dari batu yang dibentuk, dll.
Adapun munculnya ilmu pengetahuan secara filosofi, dapat digambarkan dengan adanya struktur ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu:
1.      Fakta (realita dari common sense) dan konsep (rencana dasar).
2.      Generalisasi (proses dari berfikir untuk mendapatkan pendapat yang global) dan teori (pedoman dasar).
3.      Proposisi (rancangan usulan) dan asumsi (praduga atau anggapan sementara).
4.      Definisi/ batasan atau ketentuan pengertian.
5.      Paradigma (bentuk kasus serta pemecahannya atau pandangan ilmu pengetahuan).

Struktur ilmu pengetahuan diatas, terbentuk dengan diawali oleh common sense yang kemudian diolah dengan kaidah dan metode ilmiah serta berlandaskan ontology, epistemology dan axiology, sehingga menjadikannya sebagai filsafat ilmu pengetahuan.

PENUTUP

Dapat disimpulkan bahwa filsafat memiliki hubungan erat dengan pengetahuan. Karena dengan mempelajari filsafat kita dapat memperoleh manfaat-manfaat tertentu yaitu memberikan pengertian mendalam tentang manusia; menganalisis & mengkritisi argumentasi, pendapat, ideologi  & pandangan dunia; pendasaran metodis & wawasan mendalam dan kritis terhadap  Ilmu Pengetahuan. Dan dari situlah timbul hasrat-hasrat manusia untuk lebih memahami pengetahuan dengan cara mempelajari filsafat ilmu terlebih dahulu.

Kedudukan filsafat sebagai induk dari ilmu pengetahuan, memiliki proses perumusan yang sangat sulit dan membutuhkan pemahaman yang mendalam serta memiliki bidang kajian yang sangat luas dibanding ilmu yang lain. Semuanya hal tersebut untuk mendalami dan memahami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat mengetahui dan memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu pengetahuan tersebut.

                        Adapun sumber dari pengetahuan berasal dari: pengalaman indera (commen sense), nalar, otoritas, intuisi dan wahyu. Sedangkan hakikat ilmu pengetahuan adalah mempelajari bagaimana proses terbentuknya sesuatu (ilmu pengetahuan) dengan dasar realisme dan idealisme yang bertujuan meneliti sifat-sifat alam dan kejadian secara sistematis dan metodologis untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan bidang kajiannya sesuai dengan kelompok yang sesuai, sehingga akan lebih mudah dalam mempelajari dan memahaminya.
Pengetahuan merupakan hasil dari proses usaha manusia untuk menjadi tahu, sedangkan ilmu dapat diartikan sebagai suatu metode berfikir secara obyektif dalam menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia fuktual dan berprinsip untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, sehingga ilmu pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan yang benar-benar disusun dengan sistematis dan metodologis untuk mencapai tujuan yang berlaku universal dan dapat diuji atau diverifikasi kebenarannya.
                        Sedangkan bagi seorang filsuf hendaknya mempunyai ciri dalam berfilosofis terhadap ilmu pengetahuan, diantaranya dengan memiliki ciri sebagai berikut: Radikal,  Konseptual, Sistematik, Bebas, Bertanggung jawab, Universal, Koheren, dan Komprehensif

                       Ilmu pada dasarnya merupakan kumpulan pengetahuan atau sistem yang bersifat menjelaskan berbagai gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala tersebut berdasarkkan penjelasan yang ada dengan metode tertentu. Dalam hal ini, ilmu mempunyai struktur dalam menjelaskan kajiannya. Struktur ilmu menggambarkan bagaimana ilmu itu tersistematisir, terbangun atau terkonstruksi dalam suatu lingkungan (boundaries), di mana keterkaitan antara unsur-unsur nampak secara jelas.
Struktur ilmu merupakan A scheme that has been devided to illustrate relationship among facts, concepts, and generalization, yang berarti struktur ilmu merupakan ilustrasi hubungan antara fakta, konsep serta generalisasi. Dengan keterkaitan tersebut akan membentuk suatu bangun kerangka ilmu tersebut. sementara itu, definisi struktur ilmu adalah seperangkat pertanyaan kunci dan metode penelitian yang akan membantu untuk memperoleh jawabannya, serta berbagai fakta, konsep, generalisasi dan teori yang memiliki karakteristik yang khas yang akan mengantarkan kita untuk memahami ide-ide pokok dari suatu disiplin ilmu yang bersangkutan.
 

DAFTAR PUSTAKA


Bakhtiar, Amsal .2004. Filsafat Ilmu (edisi revisi). PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat ; Suatu Pengantar. Bumi Aksara: Jakarta

Salam, Burhanuddin. 2005. Pengantar Filsafat. Bumi Aksara : Jakarta.

AM, Suhar. 2009. Filsafat Umum; Konsepsi, Sejarah dan Aliran. GP Press : Jakarta.

Mustansir, Rizal, dkk. 2007. Filsafat Ilmu. pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Gazalba, Sidi.1992.Sistematika Filsafat, Cet.1. Jakarta: Bulan Bintang.

Endnote:

[1] Amsal Bakhtiar.2004. Filsafat Ilmu (edisi revisi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hlm 85

[2] Sidi Gazalba.1992.Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang. Cet 1. Hal 21

[3] Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat ; Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara. hlm 55

[4] Pragmatis adalah kelompok yang meyakini benar, jika dapat membuktikan kebenaran tersebut.

[5] Burhanuddin Salam. 2005. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm 5

[6] Ibid. Hlm. 9

[7] Burhanuddin Salam. 2005. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm 10

[8] Burhanuddin Salam. 2005. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm 23-24

[9] Suhar A.M. 2009. Filsafat Umum; Konsepsi, Sejarah dan Aliran. Jakarta: GP Press. Hlm 13-16

[10] Rizal Mustansir, dkk. 2007. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: pustaka Pelajar. Hlm 4-5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar